Hitung-menghitung sudah menjadi bagian dari sejarah manusia. Pada zaman prasejarah, lambang bilangan belum ada dan perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar, seperti kerikil, batu, dan pada potongan tulang.
Seiring dengan makin majunya peradaban manusia, ilmu matematika mengalami perkembangan pesat. Manusia pun makin menyadari bahwa perhitungan-perhitungan matematis – apalagi yang rumit – tidak mungkin selamanya dilakukan hanya dengan mengandalkan otak. Maka diciptakanlah berbagai alat yang diharapkan mampu membantu dalam menyelesaikan berbagai permasalahan matematis, terutama yang berhubungan dengan hitung-menghitung.
Swipoa/Abacus
Sejarah mencatat, alat bantu hitung yang paling pertama diciptakan adalah swipoa (abacus).
Pascaline
Kurang lebih 400 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1642, seorang filsuf Prancis bernama Blaisce Pascal menciptakan sebuah mesin hitung yang diberi nama sesuai dengan namanya, yaitu pascaline.
Kalkulator Leibniz
Sebelas tahun kemudian setelah Blaisce Pascal meninggal, pada tahun 1673, seorang ahli kukum muda dari Jerman bernama Gottfried Wilhelm von Leibniz berhasil menyempurnakan desain pascaline.
Arithmometer
Mesin hitung berikutnya dikembangkan oleh Charles Xavior Thomas dari Colmar Prancis pada tahun 1820.
Difference Engine
Nyaris bersamaan dengan penemuan arithmometer, pada 1812, seorang profesor matematika dari Universitas Cambridge bernama Charles Babbage (1792-1871) menyadari bahwa perhitungan matematis yang panjang dan kompleks selalu membutuhkan langkah-langkah yang berulang (repetisi).
Charles Babbage kemudian menghubungkannya dengan cara kerja suatu mesin uap (pada masa itu teknologi mesin masih menggunakan mesin uap) yang dapat bekerja secara berulang-ulang untuk menuntaskan suatu tugas tertentu.
nice post :)
ditunggu kelanjutannya ya. maklum masih beginner .... :D